Label

Kamis, 10 September 2015

PERKEMBANGAN BAHASA

Hasil gambar untuk pengembangan bahasa aud
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Setiap manusia, dalam hal ini khususnya peserta didik akan mengalami berbagai perkembangan dalam fase kehidupannya. Antara lain perkembangan biologis, perkembangan perseptual, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan kemandirian.
        Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan salah satu dari perkembangan-perkembangan tersebut yaitu perkembangan bahasa.
       Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil dari kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
        Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang yang abstrak, diberi nama. Secara singkat bahasa adalah alat yang terpenting bagi manusia.

B.    Rumusan Masalah
       Berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Apa itu pengertian perkembangan bahasa?
2.    Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa?
3.    Apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa?
4.    Apa saja tipe-tipe perkembangan bahasa?
5.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa?

C.    Tujuan
        Berikut adalah tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa.
2.    Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan bahasa.
3.    Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan bahasa.
4.    Untuk mengetahui tipe-tipe perkembangan bahasa.
5.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan Bahasa
        Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat.
        Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
        Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1.    Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2.    Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3.    Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek), keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibinya sakit).

B.    Komponen Bahasa
       Bahasa dapat dibagi ke dalam tiga komponen utama yaitu:
1.    Bentuk (form) yang mencakup:
a.    Morfologi yaitu ilmu yang membicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi kata (Mar’at, 2001:61). Sedangkan morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil. Misalnya: tidur, jalan, ber-, ke-, -an, dingin dan sebagainya.
b.    Sintaksis yaitu bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
c.    Fonologi yaitu salah satu bagian dari tata bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
2.    Isi (content) mencakup:
a.    Semantik yaitu studi mengenai arti atau makna suatu perkataan atau kalimat.
3.    Penggunaan (use) mencakup:
a.    Pragmatik yaitu penggunaan bahasa untuk mengekspresikan intention dan agar seseorang mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini kita melihat interaksi bahasa dan sosialisasi.
Semua komponen bahasa tersebut digunakan manusia untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu seperti memperoleh informasi, menyampaikan ucapan selamat, atau merespon.

C.    Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
        Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut :
1.    Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan bahasa tubuhnya.
2.    Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.    Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola untuk saya”.
4.    Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.

D.    Tahap Perkembangan Bahasa Anak
        Perkembangan bahasa pada anak terjadi dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
1.    Perkembangan Bahasa Usia Bayi
       Pada umumnya ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 6 sampai 10 bulan, walaupun ada juga bayi yang memerlukan waktu yang lebih lama. Beberapa orang tua memandang bahwa permulaan perkembangan bahasa bersamaan dengan munculnya kata pertama. Seperti pada usia tiga sampai dengan enam bulan bayi mulai mengucapkan kata-kata celotehan dan nama orang-orang yang penting seperti baa, maa, paa, binatang yang akrab (puss), ucapan selamat tinggal (daaa) dan makanan (susu). Untuk melakukan hal itu dengan lancar, sangat ditentukan oleh kematangan biologis, bukan oleh kemampuan mendengar. Sebenarnya satu kata yang diucapkan seorang bayi mengandung satu kalimat sempurna. Ini disebabkan keterampilan kognitif atau linguistik bayi yang masih terbatas. Situasi tersebut diistilahkan sebagai holophrase hypothese yang berarti teori yang menganggap bahwa satu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat sempurna.
        Kadang-kadang anak itu memperluas (overextensions) atau mempersempit (underextensions). Memperluas (overextensions) adalah kecenderungan anak salah menggunakan kata-kata dengan memperluas makna itu sehingga mencakup benda yang tidak sesuai dengan makna kata itu. Misalnya anak menggunakan kata “mama” yang berarti ibu namun kata itu sering digunakan untuk menyebut semua wanita yang ada di sekitarnya. Mempersempit (underextensions) maksudnya makna kata terjadi ketika anak-anak gagal menggunakan suatu kata untuk menyebutkan kejadian objek yang relevan. Misalnya anak menyebutkan kata “makanan” ketika melihat nasi dan lauknya tapi tidak mengatakan demikian ketika melihat camilan.
       Untuk anak-anak yang menginjak umur 18-24 bulan, mereka telah memulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata. Misalnya, “Lihat kucing!”. Untuk meyakinkan ungkapan tersebut anak-anak sering mengekspresikannya dengan bantuan bahasa isyarat seperti gerakan, suara dan konteks.
       Tujuan komunikasi bayi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan perhatian orang lain di lingkungannya. Pada umumnya bayi menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan dan menunjukan gerakan tangan, seperti menunjuk jari tangan.
2.    Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a.    Berkenaan dengan fonolofi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsosnan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b.    Berkenaan dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
c.    Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d.    Berkenaan dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat  kalimat dan sudah mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat.
      Anak belajar kata dimulai dengan anak berusia 12 bulan. Sejak usia 1 hingga 6 tahun, anak-anak belajar antara 5 sampai 8 kata setiap harinya. Setelah itu anak-anak cenderung mengalami peningkatan dengan cepat. Bahkan sejak 6 tahun, anak-anak setiap harinya mengalami peningkatan rata-rata 22 kata.
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1.    Anak usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2.    Anak usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan dengan siapa mereka sedang berbicara.
3.    Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
       Robert E. Owens (1996) menyatakan bahwa usia-usia sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak-anak usia sekolah dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak. Seluruh perkembangan bahasa dapat mencerminkan kreativitas.
4.    Perkembangan Membaca dan Menulis
       Pembaca yang terampil akan mampu membuat kesimpulan dan inferensi dari apa yang dibaca. Perlu diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pada usia dini adalah kesediaan orang tua untuk menyediakan serta menciptakan suasana yang kondusif di rumah bagi perkembangan kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan.
       Owens (1996) menyatakan bahwa kemampuan membaca pada awalnya diperoleh lebih banyak melalui interaksi sosial daripada pengajaran formal. Membaca bersama-sama merupakan aktivitas yang bernilai sosial tinggi yang melibatkan secara aktif orang tua anak. Selain itu, acara televisi juga bernilai penting bagi pengembangan kemampuan anak.
       Anak kelas satu dan dua cenderung fokus menulis tentang dirinya sendiri, selanjutnya anak kelas tiga dan empat cenderung fokus menulisnya pada reaksi pembaca.


E.    Tipe Perkembangan Bahasa
       Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
1.    Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2.    Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk :
a.    Adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari,
b.    Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain,
c.    Command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman),
d.    Questions (pertanyaan), dan
e.    Answer (jawaban).
       Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun, sementara yang “socialized speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).

F.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
1.    Faktor Kesehatan
       Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
2.    Intelegensi
       Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal.
3.    Status Sosial Ekonomi Keluarga
       Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya.
4.    Jenis Kelamin
       Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5.    Hubungan Keluarga
       Proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (yang penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya) akan memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan/kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
6.    Umur Anak
       Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
7.    Kondisi Lingkungan
       Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain.
8.    Kondisi Fisik
       Seseorang yang cacat akan terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan menggangu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan menggangu perkembangannya dalam berbahasa.
Sedangkan dalam perkembangan berbahasanya, potensi anak untuk berbicara didukung beberapa hal, diantaranya:
1.    Kematangan alat berbicara
2.    Kesiapan berbicara
3.    Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
4.    Kesempatan berlatih
5.    Motivasi untuk belajar dan berlalih
6.    Bimbingan

G.    Langkah-langkah untuk Membantu Perkembangan Bahasa Anak
1.    Membaca
       Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi.
2.    Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3.    Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4.    Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak.
       Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5.    Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

BAB III
IMPLIKASI
A.    Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
       Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Agar perkembangan bahasa anak berjalan secara optimal maka kegiatan pembelajaran harus diciptakan seefektif mungkin. Jika kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif, maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa anak akan terhambat.
       Dalam hal ini guru Sekolah Dasar sebaiknya dalam mengajar di kelas menggunakan bahasa yang sesuai dengan anak-anak atau mudah dimengerti oleh anak, jangan menggunakan bahasa orang dewasa. Misalnya dalam memberikan contoh-contoh untuk membahas pembelajaran seharusnya menggunakan contoh yang berkaitan dengan kehidupan anak. Selain itu jika guru menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai maka akan dicontoh oleh anak-anak dengan menggunakan bahasa yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Sebaliknya, jika guru menggunakan bahasa yang kasar dan tidak sopan itu pun akan dicontoh oleh anak dalam pergaulannya.
       Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama guru yang dianggapnya sosok yang selalu benar. Selain itu kondisi ekonomi dan jenis kelamin mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak perempuan dan laki-laki akan lebih cepat anak perempuan dalam perkembangan menambah kosa-kata baru, dan anak yang tumbuh dalam kondisi ekonomi lemah dalam pergaulannya akan sering menggunakan bahasa daerah berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan kondisi ekonominya tinggi akan menggunakan bahasa nasional dalam pergaulannya. Oleh sebab itu sejak dini anak harus dihadapkan pada lingkungan yang mendukung bagi perkembangan bahasa yang baik, yaitu lingkungan yang dekat dengan pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A. dkk. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Erdiansyah, Muhammad. (2009). Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/zetzue/d/22104651-Tugas-Perkembangan. [14 Pebuari 2012]
Hartono, A. dan Sunarto. (1995).  Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 
 
http://hvalmband.multiply.com/journal/item/18/Perkembangan_Bahasa.[14 Pebuari 2012]
Irma, Ade Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-berbicara-pada-anak-usia-dini/. [14 Pebuari 2012]

Wahab, Rochmat. (1998). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, Syamsu LN. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini

Hasil gambar untuk pengembangan bahasa aud
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Sebelum mempelajari pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung keberaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak, sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
  1. Teori "Behaviorist" oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
  2. Teori "Nativist" oleh Chomsky", mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki serangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau "Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Menurut teori ini, anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat, terutama untuk bahasa kedua, sebelum usia 10 tahun.
  3. Teori "Constructive" oleh Piaget, Vigotsky, dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan. Dalam kegiatan itu, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap, akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu, pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif; menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa, antara lain alat peraga berupa buku gambar/poster, mendengarkan lagu, menonton film, mendengarkan suara kaset, membaca cerita, atau mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dengan cara menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa permainan atau kegiatan yang dapat dimodifikasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, misalnya: permainan memilih benda, menebak suara binatang, peran anggota keluarga (berperan sebagai ayah, ibu, dsb.), dan permainan anak-anak yang lain.
Pertanyaan yang sering muncul dari orang tua adalah: "Saya ingin anak saya dapat membaca dan menulis secepat mungkin, bagaimana caranya?"
Dasar-dasar permulaan membaca dan menulis dimulai sejak lahir dan berkembang terus-menerus sepanjang hidup. Di usia yang sangat dini, anak-anak mulai belajar bahasa lisan saat mendengar anggota keluarganya berbicara, tertawa, bernyanyi, dan ketika orang di sekitarnya menanggapi semua celotehannya. Demikian pula ia mulai memahami bahasa tulisan ketika mendengar orang dewasa membacakan cerita untuknya serta melihat anggota keluarganya membaca majalah, surat kabar, dan buku-buku. Kegiatan-kegiatan ini dihadirkan dalam suasana yang hangat, penuh cinta kasih, dan bebas tekanan sehingga kegiatan membaca dan menulis menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Penting untuk dipahami bahwa tujuan utama mengembangkan kemampuan membaca dan menulis anak-anak adalah mengenalkan mereka pada kekuatan dan kesenangan membaca dan menulis. Kecintaan membaca dimulai saat orang tua memeluk anak dan membacakan cerita dengan ekspresif. Keakraban dalam menikmati buku dan cerita memperkuat ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan konsep baru, dan merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menggambar dan mencoret-coret. Gambar dan coretan anak adalah tulisan pertamanya, lambat laun seiring dengan perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui bantuan dan dorongan orang-orang di sekitarnya, anak menapaki langkah besar menjadi seorang penulis.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan, seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Ketika belajar bahasa, anak perlu menggunakan berbagai strategi, misalnya permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan berbagai media yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa.

Minggu, 09 Agustus 2015

Makna dan Pentingnya Ikhlas


  
Image
   Copas dari Abdur Rosyid  

Pengertian Ikhlas
Dari sisi lughawi (bahasa), kata ikhlas berasal dari akar kata kh-l-sh yang artinya murni, tidak bercampur dengan yang lainnya. Laban khaalish dalam bahasa arab berarti susu murni yang tidak bercampur dengan apapun. Tidak bercampur dengan air, tidak bercampur dengan gula, tidak pula bercampur dengan yang lainnya. Dengan demikian ikhlas berarti memurnikan sesuatu. Dalam konteks kajian tauhid dan akhlaq, tentu saja yang dimaksud adalah memurnikan penghambaan dan ketaatan hanya kepada Allah semata.
Adapun secara terminologis (isthilahi), ikhlas berarti mengerjakan amal perbuatan lillahi ta’ala, semata-mata karena Allah, tidak karena yang lainnya. Yang diharapkan hanyalah ridha dan balasan dari Allah. Sebagian ulama yang lain mendefinisikan ikhlas sebagai “an laa tathluba ‘alaa ‘amalika ayya syuhuud” (engkau melakukan amal perbuatan tidak karena ingin dilihat oleh seseorang). Ini sesuai dengan firman Allah SWT di penggal terakhir QS Al-Fath: 28: “Wa kafaa billahi syahiidan” (Dan cukuplah Allah semata sebagai saksi – atas segala amal perbuatan).
Mengapa kita ikhlas?
Setidak-tidaknya ada tujuh alasan mengapa kita harus bersikap ikhlas dalam melakukan setiap amal perbuatan.  

Alasan pertama, karena ikhlas adalah perintah Allah. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Bayyinah: 5: “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan (memurnikan) ketaatan semata-mata untuk-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” Allah SWT juga berfirman dalam QS Al-An’am: 162-163: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”


Alasan kedua, ikhlas merupakan manifestasi tauhid. Karena itu para ulama menyebut riya’ sebagai syirik yang tersembunyi (al-syirk al-khafiyy). Karena orang yang riya’ berarti telah menyekutukan Allah dalam niatnya, menyekutukan Allah dalam peruntukan ibadahnya.


Alasan ketiga, ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal. Sebagaimana diketahui, syarat diterimanya amal ada dua: ikhlas dan benar. Jika salah satu saja dari kedua syarat ini tidak terpenuhi, suatu amalan tidak akan diterima oleh Allah. Dalam QS Al-Kahfi: 110 Allah SWT mengisyaratkan dua syarat tersebut: “Maka barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah ia beramal dengan amalan yang benar (shalih) dan ia tidak menyekutukan ibadah kepada Tuhannya dengan sesuatupun.”
Perlu juga diketahui bahwa yang membatalkan pahala amal kita ada dua. Pertama, pembatal pahala semua amal, yaitu kekafiran atau kemusyrikan. Ini terjadi jika kita tidak menyembah Tuhan (atheis), atau menyembah tuhan selain Allah (kafir), atau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah (musyrik). Namun ketika seorang atheis, kafir atau musyrik kembali pada iman dan tauhid, maka pahalanya akan kembali, kesalahannya dihapus, bahkan kesalahannya akan diubah menjadi kebaikan.
Kedua, pembatal amal tertentu. Ini terjadi jika kita tidak ikhlas dalam melakukan suatu amal tertentu. Inipun ada dua keadaan. Keadaan pertama adalah tidak ikhlas dalam suatu amal secara keseluruhan (ashlul ‘amal), misalnya orang yang sholat karena riya’, maka sholatnya secara keseluruhan tidak berpahala. Keadaan kedua adalah tidak ikhlas dalam aushaful ‘amal (sifat-sifat amal), misalnya seseorang yang sholat karena Allah, tetapi memperpanjang rakaat/ruku’/sujud karena manusia, maka panjangnya rakaat/ruku’/sujud itu saja yang tidak berpahala.


Alasan keempat, keikhlasan menentukan nilai amal kita. Innamal a’malu bin niyyat, amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Wa innama likullimri-in ma nawa, setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya. Hadits tentang keikhlasan ini ditaruh sebagai hadits nomor 1 dari 42 hadits pilihan tentang pokok-pokok agama dalam Hadits Arba’in Nawawiyah. Ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan. Sabab wurud dari hadits ini adalah karena adanya seorang laki-laki yang berhijrah karena ingin menikahi wanita muhajirin bernama Ummu Qays, bukan berhijrah karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Keikhlasan memang akan menentukan nilai amal kita. Orang yang beramal demi akhirat tidak sama dengan orang yang beramal demi dunia. Jika seseorang beramal demi dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bagian akhirat (pahala). Ia hanya mungkin mendapatkan dunia, atau bahkan mungkin tidak mendapatkannya. Tetapi jika ia beramal untuk akhirat, maka ia akan mendapatkan bagian akhirat (pahala), dan Allah juga Maha Adil dan Maha Pemurah sehingga juga akan memberinya bagian dunia. Sehingga ia mendapatkan dunia dan akhirat sekaligus.

Demikian pula, niat memiliki kedudukan yang amat tinggi. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi saw, jika seseorang mempunyai niat untuk beramal baik niscaya ia sudah dinilai 1 kebaikan, meski belum melaksanakan amal baik tersebut. Jika ia betul-betul melaksanakan niatnya, maka pahalanya akan dilipatgandakan minimal 10 kali lipat. Namun niat buruk belum dinilai 1 keburukan sampai benar-benar dilaksanakan. Dan jika dilaksanakan hanya dinilai 1 keburukan saja.
Nilai amal baik kita amat tergantung pada niat kita.  Amal baik tanpa niat benar, meski banyak, tidak diterima. Tetapi amal baik dengan niat benar, meski sedikit, bernilai besar di sisi Allah. Bahkan amal-amal mubah bisa bernilai kebaikan (ibadah) hanya karena niatnya. Pahala amal mubah bisa berbeda karena perbedaan niatnya. Karena itu mari kita biasakan untuk menata niat ketika melakukan perkara-perkara yang mubah sekalipun. Ikhlas bukan hanya dalam ibadah mahdhah, tetapi juga dalam setiap perkara yang kita lakukan dalam hidup ini (Qul inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin).

Karena sedemikian pentingnya niat, bahkan ada orang-orang yang tanpa beramal bisa mendapatkan pahala kebaikan sebagaimana orang yang beramal hanya karena niatnya. Misalnya, sebagai ditegaskan dalam hadits Nabi saw, dalam kasus orang miskin yang ingin bersedekah. Atau dalam kasus seseorang yang berniat dengan tulus untuk mencapai syahid. Rasulullah saw bersabda: Man sa-ala Allaha asy-syahadah bishidqin ballaghahullahu manazilasy syuhada’ wa in maata ‘alaa firaasyihi (Barangsiapa memohon kesyahidan kepada Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan menyampaikannya pada derajat orang-orang yang mati syahid meskipun ia mati diatas ranjang tempat tidurnya) - HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi.


Alasan kelima, keikhlasan akan menyelamatkan kita dari godaan syetan. Ini sesuai dengan pengakuan Iblis Sang Penghulu Syetan itu sendiri, yang diabadikan dalam QS: 79-83: “Iblis berkata: Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.
Bahkan Yusuf as yang sedang digoda oleh seorang wanita cantik, kaya, dan terpandang pun, hanya bisa selamat karena ia memiliki keikhlasan, sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah SWT dalam QS Yusuf: 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas.”


Alasan keenam, tidak adanya keikhlasan akan mencelakakan kita di akhirat nanti. Yang lebih celaka lagi adalah jika kita sewaktu beramal di dunia ini tidak menyadari bahwa kita tidak ikhlas. Karena itulah Rasulullah saw memberi tuntunan agar kita setiap pagi dan setiap petang berdoa sebagai berikut: “Allahumma inni a’udzu bika min an usyrika bika syaian a’lamuh, wa astaghfiruka lima laa a’lamuh (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu sedangkan aku mengetahui. Dan aku mohon ampun kepada-Mu dari yang tidak aku ketahui).”
Perhatikan pula sabda Rasulullah saw tentang tiga jenis manusia yang akan pertama kali dilempar ke neraka, padahal tiga orang itu adalah seorang mujahid, seorang 'alim dan pandai Al-Qur'an, dan seorang yang gemar berinfaq. Ketiganya celaka dan dilempar ke neraka hanya karena satu hal: mereka tidak ikhlas.


Dan alasan ketujuh, keikhlasan akan mendatangkan kekuatan. Ini sesuai dengan kisah penebang pohon yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya. Dalam hadits tersebut dikisahkan tentang seorang dai yang hendak menebang pohon yang dijadikan berhala oleh penduduk sebuah kampung. Sang dai hendak menebang pohon itu karena Allah. Ketika Iblis berusaha menghadang sang dai dan keduanya berkelahi, kalahlah Iblis. Namun Iblis sesudah itu melakukan tipu daya. Ia membujuk sang dai agar tidak usah lagi berusaha menebang pohon, dengan kompensasi bahwa Iblis akan memberi sang dai sejumlah uang setiap pagi, yang diletakkan dibawah bantal sang dai. Namun setelah beberapa lama uang itu diberikan, suatu saat Iblis tidak lagi memberikan uang. Marahlah sang dai, dan diambillah kapaknya. Ia berangkat dengan marah untuk menebang kembali pohon tersebut. Iblis pun kembali menghadangnya, kedua kembali berkelahi, namun kali ini sang dai yang dikalahkan oleh Iblis. Sang dai kalah karena kali ini tidak ikhlas karena Allah, tetapi karena sejumlah uang. Ia marah karena Iblis tidak lagi memberinya uang.

Kamis, 06 Agustus 2015

Tata Cara Shalat Istikharah


doa-sujud-sahwi

Terkadang kita menghadapi beberapa masalah yang memiliki urgensi (tingkat kepentingan) yang sama bagi kita. Kita pun ingin memohon dengan cara istikharah, tapi bingung tentang tata caranya. Mudah-mudahan tulisan berikut ini bisa jadi jalan keluarnya.

Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan keputusan. Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah.

Dalil disyariatkannya shalat istikharah

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى – قَالَ – وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa:

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).

Teks Doa Istikharah

Teks doa istikharah ada dua:

Pertama,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih

Kedua, sama dengan atas hanya ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:

Kalimat [دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى] diganti dengan [عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ]. Sehingga, Teks lengkapnya:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.

Kapan doa istikharah diucapkan?

Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul berkata, “Waktu doa istikharah adalah setelah salam, berdasarkan sabda beliau shallallahu Alaihi wa Sallam,

إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ

Jika salah seorang di antara kalian berkehendak atas suatu urusan, hendaklah ia shalat dua rakaat yang bukan wajib, kemudian ia berdoa…..

Teks hadis menunjukkan setelah melaksanakan dua rakaat, artinya setelah salam.” (Bughyatul Mutathawi‘, Hal. 46)

Apakah ada bacaan khusus ketika shalat?

Tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya bacaan surat atau ayat khusus ketika shalat istikharah. Jadi, orang yang melakukan shalat istikharah bisa membaca surat atau ayat apapun, yang dia hafal. Al-Allamah Zainuddin Al-Iraqi mengatakan, “Aku tidak menemukan satu pun dalil dari berbagai hadis istikharah yang menganjurkan bacaan surat tertentu ketika istikharah.”
Apakah istikharah harus dengan shalat khusus ataukah boleh dengan semua shalat sunnah?
Pada hadis tentang shalat istikharah di atas dinyatakan,

فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ

Kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu…

Berdasarkan kalimat ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa melakukan istikharah tidak harus dengan shalat khusus, tapi bisa dengan semua shalat sunah. Artinya, seseorang bisa melakukan shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, atau shalat sunah lainnya, kemudian setelah shalat dia membaca doa istikharah. Imam An-Nawawi mengatakan,

والظاهر أنها تحصل بركعتين من السنن الرواتب ، وبتحية المسجد، وغيرها من النوافل

“Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.” (Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45)

Jawaban dalam mimpi?

Banyak orang beranggapan bahwa jawaban istikharah akan Allah sampaikan dalam mimpi. Ini adalah anggapan yang yang sama sekali tidak berdalil. Karena tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah mengatakan,
Mimpi tidak bisa dijadikan acuan hukum fiqih. Karena dalam mimpi setan memiliki peluang besar untuk memainkan perannya, sehingga bisa jadi setan menggunakan mimpi untuk mempermainkan manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرؤيا ثلاثة، من الرحمن ومن الشيطان وحديث نفس

Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.”

Beliau juga menjelaskan bahwa mimpi tidak bisa untuk menetapkan hukum, namun hanya sebatas diketahui. Dan tidak ada hubungan antara shalat istikharah dengan mimpi. Karena itu, tidak disyaratkan, bahwa setiap istikharah pasti diikuti dengan mimpi. Hanya saja, jika ada orang yang istikharah kemudian dia tidur dan bermimpi yang baik, bisa jadi ini merupakan tanda baik baginya dan melapangkan jiwa. Tetapi, tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. (Al-Fatwa Al-Masyhuriyah: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=124)

Apa yang harus dilakukan setelah istikharah?

Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan,

إذا استخار مضى لما شرح له صدره

“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”

Kesimpulan

Berdasarkan keterangan di atas, tata cara shalat istikharah sebagai berikut:
  1. Istikharah dilakukan ketika seseorang bertekad untuk melakukan satu hal tertentu, bukan sebatas lintasan batin. Kemudian dia pasrahkan kepada Allah.
  2. Bersuci, baik wudhu atau tayammum.
  3. Melaksanakan shalat dua rakaat. Shalat sunnah dua rakaat ini bebas, tidak harus shalat khusus. Bisa juga berupa shalat rawatib, shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, dll, yang penting dua rakaat.
  4. Tidak ada bacaan surat khusus ketika shalat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.
  5. Berdoa setelah salam dan dianjurkan mengangkat tangan. Caranya: membaca salah satu diantara dua pilihan doa di atas. Selesai doa dia langsung menyebutkan keinginannya dengan bahasa bebas. Misalnya: bekerja di perushaan A atau menikah dengan B atau berangkat ke kota C, dst.
  6. Melakukan apa yang menjadi tekadnya. Jika menjumpai halangan, berarti itu isyarat bahwa Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada anda.
  7. Apapun hasil akhir setelah istikharah, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Karena itu, kita harus berusaha ridha dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam doa di atas, dengan menyatakan, [ ثُمَّ أَرْضِنِى] “kemudian jadikanlah aku ridha dengannya” maksudnya adalah ridha dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku.
Allahu a’lam.

Selasa, 28 Juli 2015

INILAH KUNCI KEBERHASILAN PENDIDIKAN DI JEPANG

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.

Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.


Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.


Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.

Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.

Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.

Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.

Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi. Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.

Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.

Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.

Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.

Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya termenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji. Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.

Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.

Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.

Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.

Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.

RAHASIA KEHEBATAN PENDIDIKAN FINLANDIA

Finlandia menerapkan sistem yang terbilang unik. Tidak mengenal evaluasi akhir tahun seperti Ujian Nasional (UN). Tapi selalu ada ujian yang bukan menguji kecerdasan siswa melainkan kesuksesan guru dalam menerangkan. Tak heran jumlah siswa yang drop-out di Finlandia hanya 2 persen. Angka terendah di seluruh dunia.
Bukan hanya itu. Siswa tak terlalu banyak diberi beban. Untuk kenyamanan belajar, pemerintah menetapkan standar 1 kelas 20 siswa dan 3 guru. Dua guru menerangkan di depan kelas, satu lagi membantu siswa yang terlihat kesulitan memahami materi pelajaran. Maka tidak heran bila Finlandia menghasilkan para pelajar dengan kualitas hampir terbaik di dunia.

Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Suatu taktik yang diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu yang ditugasi untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut. 

Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi pendidikan Finlandia. Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain. Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat untuk mulai belajar. 

Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka. Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal. Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal

Finlandia resmi menjadi bagian dari komunitas Eropa pada bulan maret tahun 1992. Nama resmi negara ini adalah Republik Finlandia, tetapi penduduk Finlandia memanggil Negara mereka “suomi” yang berarti pulau rawa dan danau. Finlandia memiliki luas area 338.145 km dengan jumlah penduduk 5.223.442 jiwa. Sebelum tahun 1990 Finlandia menggantungkan pendapatan negaranya pada sektor pertanian. Tetapi sekarang Finlandia terkenal sebagai salah satu pusat teknologi dunia. Sebut saja Nokia dan semua orang langsung mengenalinya sebagai produk dari Finlandia 
Semuanya itu tidak lepas dari lonjakan perkembangan pendidikan yang dilakukan Finlandia. Dari tahun 2000 sampai tahuun 2009 Finlandia masuk ke jajaran top di peringkat PISA (Programme for International Student Assessment). Dengan sumber daya yang terbatas dan anggaran yang lebih kecil ($3.000 dollar lebih kecil dari Amerika, dihitung per anak) Finlandia mampu menghasilkan murid-murid yang lebih unggul dari pada murid-murid di Amerika dalam bidang Science dan Math.

Apa rahasianya? Mari kita cermati bersama-sama dari tiga aspek: politik, guru proses dan kebudayaan.

Politik

Berawal dari kebijakan eksekutif Finlandia yang menginginkan Negara mereka maju dalam bidang tekhnologi. Pada tahun 1990 Finlandia melakukan desentralisasi pendidikan dan mengadakan beberapa kebijakan utama seperti: kurikulum nasional yang ketat, gelar master bagi semua guru bukan lagi sarjana, dalam satu kelas terdapat sampai tiga guru (dua guru fokus pada penyampaian materi, satu guru menemani mereka yang masih tertinggal dalam pelajaran).

Satu yang perlu dicatat, perubahan politik yang terjadi di Finlandia tidak merubah kebijakan pendidikan, sehingga apa yang diprogramkan terus berjalan. Hasilnya hanya dalam 14 tahun Finlandia menjadi Negara dengan pendidikan nomor satu di dunia dengan tingkat drop out murid hanya 2%.

Guru

Guru merupakan profesi yang sangat dihargai meski gaji mereka pun tidak tinggi. Hal ini diperkuat dengan kebijakan perekrutan guru yang sangat ketat di Finlandia sehingga guru menjadi profesi yang prestisius. Sebagai perbandingan, di amerika 47% guru berasal dari 1/3 mahasiswa dari peringkat bawah (akademik), di Finlandia calon guru berasal dari mahasiswa 10 besar di kampus, yang masih akan disaring dengan lebih ketat. Dalam masa training calon guru ditemani satu guru senior yang akan memberikan umpan balik atas materi yang akan diajarkan dan cara mengajar di kelas. Dengan demikian calon guru akan memiliki lebih banyak manfaat dari pengalaman guru senior.

Profesi guru di Finlandia sangat menarik dan menantang. Guru bahkan memiliki peran yang penting dalam pembuatan dan perubahan kurikulum. Penilaian (assessment) murid pun lebih besar dilakukan oleh guru bukan dengan sistem Ujian Nasional. Hal ini sengaja dibuat agar kaum muda tertantang untuk mengajar dan memanfaatkan apa yang telah mereka dapatkan dengan gelar masternya.

Proses

Pendidikan di Finlandia menekankan pada pentingnya deteksi dan intervensi dini akan kesulitan atau hambatan yang ditemui murid. Berbeda dengan kebanyakan negara yang umumnya mendeteksi kesulitan dengan mengadakan evaluasi yang biasanya hanya mengukur satu komponen. Finlandia bertindak dengan cara yang berbeda. Pendidikan di FInlandia percaya bahwa deteksi dini dan intervensi dini adalah bagian dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Sehingga setiap anak yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran akan dideteksi lebih dini dan disediakan bantuan individual secepatnya untuk menangani masalah tersebut.

Bagaimana guru kelas di Finlandia bisa melakukan hal ini? Jawabnya ada pada jumlah guru yang bisa mencapai tiga orang untuk satu kelas. Selain itu rata-rata jam mengajar guru Finlandia lebih kecil 111 jam dibandingkan rata-rata jam mengajar guru di negara yang tergabung dalam OECD (guru OECD rata-rata mengajar 703 jam selama setahun sedangkan guru Finlandia mengajar 592 jam selama setahun). Waktu ekstra guru di FInlandia lebih banyak digunakan untuk mendukung murid yang memerlukan perhatian khusus.

Murid yang memerlukan perhatian khusus akan di bawa ke kelas yang terpisah dan disediakan rencana pembelajaran individual. Dengan melakukan hal ini, pendidikan Finlandia menjamin bahwa tidak ada murid yang tertinggal dalam pembelajaran. Jangan salah paham, tindakan ini mereka lakukan dengan sangat elegan. Di Finlandia bahkan ada banyolan yang mengatakan bahwa murid khusus adalah murid yang selama pendidikannya belum pernah mendapatkan perhatian khusus. Hal ini menandakan bahwa di Finlandia pemberian perhatian khusus di kelas yang terpisah merupakan hal yang wajar.

Dukungan bagi guru yang menemui murid dengan kebutuhan perhatian khusus disediakan melalui tim perkembangan murid yang ada disetiap sekolah di Finlandia. Tim perkembangan murid ini terdiri dari guru kelas, psikolog sekolah, konselor pendidikan, dan kepala sekolah. Tim ini bertemu setiap minggu membicarakan kasus yang ditemui murid-murid seperti kekerasan, kesulitan belajar, dan perilaku non social. Setiap kasus dicari solusinya secara individual. Sehingga guru tidak merasa sendirian dalam menangani anak yang memerlukan perhatian khusus.

Kebudayaan

Masyarakat Finlandia sangat menghargai pendidikan. Hal ini terlihat terutama dari penghargaan masyarakat terhadap profesi gugu. Suasana kekeluargaan yang akrab sangat terasa di dalam rumah-rumah warga Finlandia. Dalam suatu wawancara dengan wartawan BBC, beberapa orang tua mengaku sedikit memaksa anaknya untuk berprestasi. Tetapi hal itu mereka lakukan dalam jangkauan yang wajar.

Bagaimana dengan Indonesia? Yuk kita lakukan yang bisa kita lakukan. Bagi orang tua mari kita ciptakan suasana yang menyenangkan untuk anak belajar di rumah. Sebagai guru, yuk mari kita tingkatkan pengetahuan dan terus belajar cara mengajar dari guru-guru yang lebih senior dan ahli. Sebagai pemangku kebijakan, yuk mari ciptakan kebijakan yang memberi situasi yang kondusif untuk perkembangan pendidikan Indonesia.