Label

Kamis, 10 September 2015

PERKEMBANGAN BAHASA

Hasil gambar untuk pengembangan bahasa aud
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Setiap manusia, dalam hal ini khususnya peserta didik akan mengalami berbagai perkembangan dalam fase kehidupannya. Antara lain perkembangan biologis, perkembangan perseptual, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan kemandirian.
        Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan salah satu dari perkembangan-perkembangan tersebut yaitu perkembangan bahasa.
       Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil dari kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
        Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang yang abstrak, diberi nama. Secara singkat bahasa adalah alat yang terpenting bagi manusia.

B.    Rumusan Masalah
       Berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Apa itu pengertian perkembangan bahasa?
2.    Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa?
3.    Apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa?
4.    Apa saja tipe-tipe perkembangan bahasa?
5.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa?

C.    Tujuan
        Berikut adalah tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa.
2.    Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan bahasa.
3.    Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan bahasa.
4.    Untuk mengetahui tipe-tipe perkembangan bahasa.
5.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan Bahasa
        Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat.
        Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
        Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1.    Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2.    Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3.    Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek), keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibinya sakit).

B.    Komponen Bahasa
       Bahasa dapat dibagi ke dalam tiga komponen utama yaitu:
1.    Bentuk (form) yang mencakup:
a.    Morfologi yaitu ilmu yang membicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi kata (Mar’at, 2001:61). Sedangkan morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil. Misalnya: tidur, jalan, ber-, ke-, -an, dingin dan sebagainya.
b.    Sintaksis yaitu bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
c.    Fonologi yaitu salah satu bagian dari tata bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
2.    Isi (content) mencakup:
a.    Semantik yaitu studi mengenai arti atau makna suatu perkataan atau kalimat.
3.    Penggunaan (use) mencakup:
a.    Pragmatik yaitu penggunaan bahasa untuk mengekspresikan intention dan agar seseorang mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini kita melihat interaksi bahasa dan sosialisasi.
Semua komponen bahasa tersebut digunakan manusia untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu seperti memperoleh informasi, menyampaikan ucapan selamat, atau merespon.

C.    Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
        Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut :
1.    Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan bahasa tubuhnya.
2.    Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.    Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola untuk saya”.
4.    Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.

D.    Tahap Perkembangan Bahasa Anak
        Perkembangan bahasa pada anak terjadi dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
1.    Perkembangan Bahasa Usia Bayi
       Pada umumnya ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 6 sampai 10 bulan, walaupun ada juga bayi yang memerlukan waktu yang lebih lama. Beberapa orang tua memandang bahwa permulaan perkembangan bahasa bersamaan dengan munculnya kata pertama. Seperti pada usia tiga sampai dengan enam bulan bayi mulai mengucapkan kata-kata celotehan dan nama orang-orang yang penting seperti baa, maa, paa, binatang yang akrab (puss), ucapan selamat tinggal (daaa) dan makanan (susu). Untuk melakukan hal itu dengan lancar, sangat ditentukan oleh kematangan biologis, bukan oleh kemampuan mendengar. Sebenarnya satu kata yang diucapkan seorang bayi mengandung satu kalimat sempurna. Ini disebabkan keterampilan kognitif atau linguistik bayi yang masih terbatas. Situasi tersebut diistilahkan sebagai holophrase hypothese yang berarti teori yang menganggap bahwa satu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat sempurna.
        Kadang-kadang anak itu memperluas (overextensions) atau mempersempit (underextensions). Memperluas (overextensions) adalah kecenderungan anak salah menggunakan kata-kata dengan memperluas makna itu sehingga mencakup benda yang tidak sesuai dengan makna kata itu. Misalnya anak menggunakan kata “mama” yang berarti ibu namun kata itu sering digunakan untuk menyebut semua wanita yang ada di sekitarnya. Mempersempit (underextensions) maksudnya makna kata terjadi ketika anak-anak gagal menggunakan suatu kata untuk menyebutkan kejadian objek yang relevan. Misalnya anak menyebutkan kata “makanan” ketika melihat nasi dan lauknya tapi tidak mengatakan demikian ketika melihat camilan.
       Untuk anak-anak yang menginjak umur 18-24 bulan, mereka telah memulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata. Misalnya, “Lihat kucing!”. Untuk meyakinkan ungkapan tersebut anak-anak sering mengekspresikannya dengan bantuan bahasa isyarat seperti gerakan, suara dan konteks.
       Tujuan komunikasi bayi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan perhatian orang lain di lingkungannya. Pada umumnya bayi menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan dan menunjukan gerakan tangan, seperti menunjuk jari tangan.
2.    Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a.    Berkenaan dengan fonolofi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsosnan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b.    Berkenaan dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
c.    Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d.    Berkenaan dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat  kalimat dan sudah mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat.
      Anak belajar kata dimulai dengan anak berusia 12 bulan. Sejak usia 1 hingga 6 tahun, anak-anak belajar antara 5 sampai 8 kata setiap harinya. Setelah itu anak-anak cenderung mengalami peningkatan dengan cepat. Bahkan sejak 6 tahun, anak-anak setiap harinya mengalami peningkatan rata-rata 22 kata.
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1.    Anak usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2.    Anak usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan dengan siapa mereka sedang berbicara.
3.    Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
       Robert E. Owens (1996) menyatakan bahwa usia-usia sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak-anak usia sekolah dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak. Seluruh perkembangan bahasa dapat mencerminkan kreativitas.
4.    Perkembangan Membaca dan Menulis
       Pembaca yang terampil akan mampu membuat kesimpulan dan inferensi dari apa yang dibaca. Perlu diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pada usia dini adalah kesediaan orang tua untuk menyediakan serta menciptakan suasana yang kondusif di rumah bagi perkembangan kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan.
       Owens (1996) menyatakan bahwa kemampuan membaca pada awalnya diperoleh lebih banyak melalui interaksi sosial daripada pengajaran formal. Membaca bersama-sama merupakan aktivitas yang bernilai sosial tinggi yang melibatkan secara aktif orang tua anak. Selain itu, acara televisi juga bernilai penting bagi pengembangan kemampuan anak.
       Anak kelas satu dan dua cenderung fokus menulis tentang dirinya sendiri, selanjutnya anak kelas tiga dan empat cenderung fokus menulisnya pada reaksi pembaca.


E.    Tipe Perkembangan Bahasa
       Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
1.    Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2.    Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk :
a.    Adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari,
b.    Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain,
c.    Command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman),
d.    Questions (pertanyaan), dan
e.    Answer (jawaban).
       Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun, sementara yang “socialized speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).

F.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
1.    Faktor Kesehatan
       Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
2.    Intelegensi
       Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal.
3.    Status Sosial Ekonomi Keluarga
       Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya.
4.    Jenis Kelamin
       Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5.    Hubungan Keluarga
       Proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (yang penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya) akan memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan/kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
6.    Umur Anak
       Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
7.    Kondisi Lingkungan
       Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain.
8.    Kondisi Fisik
       Seseorang yang cacat akan terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan menggangu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan menggangu perkembangannya dalam berbahasa.
Sedangkan dalam perkembangan berbahasanya, potensi anak untuk berbicara didukung beberapa hal, diantaranya:
1.    Kematangan alat berbicara
2.    Kesiapan berbicara
3.    Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
4.    Kesempatan berlatih
5.    Motivasi untuk belajar dan berlalih
6.    Bimbingan

G.    Langkah-langkah untuk Membantu Perkembangan Bahasa Anak
1.    Membaca
       Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi.
2.    Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3.    Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4.    Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak.
       Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5.    Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

BAB III
IMPLIKASI
A.    Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
       Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Agar perkembangan bahasa anak berjalan secara optimal maka kegiatan pembelajaran harus diciptakan seefektif mungkin. Jika kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif, maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa anak akan terhambat.
       Dalam hal ini guru Sekolah Dasar sebaiknya dalam mengajar di kelas menggunakan bahasa yang sesuai dengan anak-anak atau mudah dimengerti oleh anak, jangan menggunakan bahasa orang dewasa. Misalnya dalam memberikan contoh-contoh untuk membahas pembelajaran seharusnya menggunakan contoh yang berkaitan dengan kehidupan anak. Selain itu jika guru menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai maka akan dicontoh oleh anak-anak dengan menggunakan bahasa yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Sebaliknya, jika guru menggunakan bahasa yang kasar dan tidak sopan itu pun akan dicontoh oleh anak dalam pergaulannya.
       Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama guru yang dianggapnya sosok yang selalu benar. Selain itu kondisi ekonomi dan jenis kelamin mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak perempuan dan laki-laki akan lebih cepat anak perempuan dalam perkembangan menambah kosa-kata baru, dan anak yang tumbuh dalam kondisi ekonomi lemah dalam pergaulannya akan sering menggunakan bahasa daerah berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan kondisi ekonominya tinggi akan menggunakan bahasa nasional dalam pergaulannya. Oleh sebab itu sejak dini anak harus dihadapkan pada lingkungan yang mendukung bagi perkembangan bahasa yang baik, yaitu lingkungan yang dekat dengan pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A. dkk. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Erdiansyah, Muhammad. (2009). Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/zetzue/d/22104651-Tugas-Perkembangan. [14 Pebuari 2012]
Hartono, A. dan Sunarto. (1995).  Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 
 
http://hvalmband.multiply.com/journal/item/18/Perkembangan_Bahasa.[14 Pebuari 2012]
Irma, Ade Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-berbicara-pada-anak-usia-dini/. [14 Pebuari 2012]

Wahab, Rochmat. (1998). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, Syamsu LN. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini

Hasil gambar untuk pengembangan bahasa aud
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Sebelum mempelajari pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung keberaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak, sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
  1. Teori "Behaviorist" oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
  2. Teori "Nativist" oleh Chomsky", mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki serangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau "Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Menurut teori ini, anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat, terutama untuk bahasa kedua, sebelum usia 10 tahun.
  3. Teori "Constructive" oleh Piaget, Vigotsky, dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan. Dalam kegiatan itu, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap, akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu, pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif; menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa, antara lain alat peraga berupa buku gambar/poster, mendengarkan lagu, menonton film, mendengarkan suara kaset, membaca cerita, atau mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dengan cara menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa permainan atau kegiatan yang dapat dimodifikasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, misalnya: permainan memilih benda, menebak suara binatang, peran anggota keluarga (berperan sebagai ayah, ibu, dsb.), dan permainan anak-anak yang lain.
Pertanyaan yang sering muncul dari orang tua adalah: "Saya ingin anak saya dapat membaca dan menulis secepat mungkin, bagaimana caranya?"
Dasar-dasar permulaan membaca dan menulis dimulai sejak lahir dan berkembang terus-menerus sepanjang hidup. Di usia yang sangat dini, anak-anak mulai belajar bahasa lisan saat mendengar anggota keluarganya berbicara, tertawa, bernyanyi, dan ketika orang di sekitarnya menanggapi semua celotehannya. Demikian pula ia mulai memahami bahasa tulisan ketika mendengar orang dewasa membacakan cerita untuknya serta melihat anggota keluarganya membaca majalah, surat kabar, dan buku-buku. Kegiatan-kegiatan ini dihadirkan dalam suasana yang hangat, penuh cinta kasih, dan bebas tekanan sehingga kegiatan membaca dan menulis menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Penting untuk dipahami bahwa tujuan utama mengembangkan kemampuan membaca dan menulis anak-anak adalah mengenalkan mereka pada kekuatan dan kesenangan membaca dan menulis. Kecintaan membaca dimulai saat orang tua memeluk anak dan membacakan cerita dengan ekspresif. Keakraban dalam menikmati buku dan cerita memperkuat ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan konsep baru, dan merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menggambar dan mencoret-coret. Gambar dan coretan anak adalah tulisan pertamanya, lambat laun seiring dengan perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui bantuan dan dorongan orang-orang di sekitarnya, anak menapaki langkah besar menjadi seorang penulis.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan, seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Ketika belajar bahasa, anak perlu menggunakan berbagai strategi, misalnya permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan berbagai media yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa.